Nama : Ina Wahyuni
NIM : 1614042021
Materi 4:
Materi 4:
ALIRAN ESENSIALISME
Pengertian esensialisme
Pengertian esensialisme
Secara
etimologi esensialisme berasal dari bahasa inggris yakni essential (inti atau
pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran,
mazhab atau paham. Menurut, Brameld bahwa esensialisme ialah aliran yang lahir
dari perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealisme dan realisme. Esensialisme adalah pendidikan yang
didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban
umat manusia. Esensialisme
adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia.
Dasar Filosofis Filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialisme
dalam melakukan gerakan pendidikan bertumpu pada mazhab filsafat idealisme dan
realisme berbeda pandangan filsafatnya, mereka sepaham bahwa:
Hakikat
yang mereka anut makna pendidikan bahwa anak harus menggunakan kebebasannya,
dan ia memerlukan disiplin orang dewasa untuk membantu dirinya sebelum sensdiri
dapat mendisiplinkan dirinya. Manusia dalam memilih suatu kebenaran untuk
dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya mengandung makna pendidikan bahwa
generasi perlu belajar untuk mengembangkan diri setinggi-tinginya dan
kesejahteraan sosial.
Implikasi Pendidikan
1.
Definisi Pendidikan
Bagi
penganut Essensialisme pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan.
Mereka percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan
yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia, sebab kebudayaan tersebut
telah teruji dalam segala zaman, kondisi dan sejarah.
Tugas
pendidikan adalah mengijinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang tidak
terelakan (pasti) bersendikan kesatuan spiritual, maksudnya sekolah adalah
lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun-menurun, dan menjadi
penuntun penyesuaian orang kepada masyarakat.
2.
Tujuan Pendidikan
Pendidikan
bertujuan untuk mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin solidaritas sosial
dan kesejahteraan umum.
Tujuan
utama dari program-program tersebut di antaranya:
a) Sekolah-sekolah esensialis melatih
dan mendidik subjek didik untuk berkomunikasi dengan logis.
b) Sekolah-sekolah mengajarkan dan
melatih anak-anak secara aktif tentang nilai-nilai kedisiplinan, kerja keras
dan rasa hormat kepada pihak yang berwenang atau orang yang memiliki otoritas.
c) Sekolah-sekolah
memprogramkan pendidikan yang bersifat praktis dan memberi anak-anak pengajaran
yang mempersiapkannya untuk hidup.
Contoh sekolah yang mengutamakan
kebutuhan dan minat masyarakat adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) karena di
Sekolah Menengah Kejuruan ini lebih mengutamakan minat dari individu.
3.
Peranan Guru
Bagi kaum
Esensialis, guru seharusnya berperan aktif dalam pembelajaran. Ia sebagai
penanggung jawab, pengatur ruangan, penyalur (transmiser) pengetahuan yang
baik, penentu materi, metode, evaluasi dan bertanggung jawab terhadap seluruh
wilayah pembelajaran.
Guru juga
berperan sebagai mediator atau “jembatan” antara dunia masyarakat atau orang
dewasa dengan dunia anak, dengan demikian inisiatif dalam pendidikan ditekankan
pada guru, bukan pada peserta didik. Untuk menciptakan siswa yang mempunyai
sikap dan perasaan solidaritas sosial dan ikut berperan dalam mewujudkan
kesejahteraan umum. Pewarisan nilai-nilai luhur agama oleh sosok guru menjadi
titik tekan tujuan pembelajaran esensialisme, dan pembelajaran yang berisikan
warisan budaya dan sejarah dan di ikuti oleh keterampilan, sikap-sikap, dan
nilai yang tepat merupakan unsusr-unsur esensial dari sebuah kurikulum
pendidikan esensialisme.
4.
Peranan Siswa
Peranan
peserta didik adalah belajar, bukan untuk mengatur pelajaran. Belajar berarti
menerima dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan
baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan
berikutnya. Tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai yang
ada di luar ke dalam jiwa peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik perlu
di latih agar memiliki kemampuan observasi yang tinggi untuk menyerap ide-ide
atau nilai-nilai yang berasal dari luar dirinya.
5. Kurikulum
Kurikulum
(isi pendidikan) direncanakan dan diorganisasi oleh orang dewasa atau guru
sebagai wakil masyarakat, society
centered. Kurikulum society-centered menyatakan bahwa pesanan sosial maupun
interaksi sosial harus merupakan penentu utama dalam kurikulum. Kurikulum terdiri
atas berbagai mata pelajaran yang berisi ilmu pengetahuan, “agama”, dan seni,
yang dipandang esensial. Adapun sifat organisasi isi kurikulum adalah berpusat
pada mata pelajaran (subject matter centered).
6.
Metode
Dalam hal
metode pendidikan, Esensialisme menyarankan agar sekolah-sekolah mempertahankan
metode-metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental, berupa
metode ceramah yang memberikan perubahan perilaku kepada siswa yang muncul dari
pengalaman guru.
Komentar
Posting Komentar