Isra Shafira Amyani
NIM : 1614041005
Pend. Biologi A
Aliran Esensialisme Dalam Pendidikan
Pengertian Esensialisme
Secara etimologi
esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential (inti atau pokok
dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut Brameld bahwa esensialisme ialah aliran yang
lahir dari perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealism dan realism. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia
Kata esensialisme terdiri dari dua kata yaitu esensi berarti hakiakat, inti, dasar. Dan ditambahkan menjadi esensial yang berarti sangat perlu, sangat
berpengaruh.
Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi
terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan materialistik.
Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut
aliran idealisme dan realisme.
Idealisme dan
realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran
ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi
satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah
timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada
zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir
modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap
simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang
sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi
tuntutan zaman.
Pandangan Esensialisme dalam Pendidikan
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan
akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal
yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme
merupakan semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan ukuran kenyataan,
kebenaran dan kegunaan. Maka dalam sejarah perkembangannya kurikulum
esensialisme menerapkan berbagai pola kurikulum, seperti pola idealisme,
realisme dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial
yang ada di masyarakat.[6]
Fungsi utama sekolah adalah untuk membina suatu tempat refrensi untuk anak
didik dalam menghadapi ilmu pengetahuan dan trsdisi yang sudah berkembang
sedemikian rupa. Sekolah tinggal merealisasikannya, mengadakan seleksi dan
menentukan apa yang sebenarnya baik dan benar untuk dipelajari anak didik.[7]
1. Pandangan dan Penerapan Esensialisme Dalam Bidang Pendidikan
a. Pandangan
esensialisme mengenai belajar
Idealisme sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya
mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada individu tersebut.
Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah
memahami dirinya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif.
Dengan mengambil landasan fikir, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa
yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual yang jiwanya
membina dan menciptakan diri sendiri. Belajar adalah menerima dan mengenal secara
sungguh-sungguh nilai-nilai sosial angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan
dikurangi dan diteruskan kepada angkatan berikutnya.
Dengan demikian pandangan-pandangan realisme
mencerminkan adanya dua jenis, yaitu determinasi mutlak dan determinasi
terbatas.Determinisme mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengalami
hal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang
bersama-sama membentuk dunia ini. Pengenalan ini perlu diikuti oleh penyesuaian
supaya dapat tercipta suasana hidup yang harmonis. Determinisme terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai
belajar. Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini
berarti tidak dimungkinkan adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan
akan pengawas yang diperlukan.
b. Pandangan
Esensialisme Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu
hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Kurikulum
itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan
ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan
dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau
keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen
yang telah ditentukan.
Menurut Essensialisme: “Kurikulum yang kaya, yang
berurutan dan sistematis yang didasarkan pada target yang tidak dapat dikurangi
sebagai suatu kesatuan pengetahuan, kecakapan- kacakapan dan
sikap yang berlaku di dalam kebudayaaan
yang demokratis. Kurikulum dibuat memang sudah didasarkan pada urgensi
yang ada di dalam kebudayaan tempat hidup si anak”.
c. Peranan Sekolah menurut Essensialisme
Sekolah berfungsi sebagai pendidik warganegara supaya hidup sesuai dengan
prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam
masyarakatnya serta membina kembali tipe dan mengoperkan kebudayaan,
warisan sosial, dan membina kemampuan penyesuaian diri individu kepada
masyarakatnya dengan menanamkan pengertian tentang fakta-fakta, kecakapan-kecakapan
dan ilmu pengetahuan.
d. Penilaian Kebudayaan menurut Essensialisme
Essensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan
bahwa lembaga-lembaga dan praktik-praktik kebudayaan modern telah gagal
dalam banyak hal untuk memenuhi harapan zaman modern. Maka untuk
menyelamatkan manusia dan kebudayaannya, harus diusahakan melalui pendidikan.
e. Teori Pendidikan Menurut Eensialisme
1) Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu
inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan
dengan demikian adalah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini
diikuti oleh keterampilan. Keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, dan
nilai-nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah
pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi,
pengembangan intelek atau kecerdasan.
2) Metode Pendidikan
Pendidikan
berpusat pada guru (teacher centered). Umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul
mengetahui apa yang diinginkan, dan mereka haru dipaksa belajar. Oleh karena
itu pedagogi yang bersifat lemah-lembut harus dijauhi, dan memusatkan diri pada
penggunaan metode-metode tradisional yang tepat. Metode utama adalah latihan mental, misalnya melalui diskusi dan pemberian tugas; dan
penguasan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian informasi dan membaca.
3) Kurikulum
Kurikulum
berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang
pokok. Kurikulum Sekolah Dasar ditekankan pada pengembangan
keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan matematika. Kurikulum Sekolah Menengah menekankan pada perluasan
dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, humaniora, serta bahasa dan
sastra. Penguasaan terhadap mata-mata pelajaran tersebut dipandang sebagai
suatu dasar utama bagi pendidikan umum yang diperlukan untuk dapat hidup
sempurna. Studi yang ketat tentang disiplin tersebut akan dapat mengembangkan
kesadaran pelajar, dan pada saat yang sama membuat mereka menyadari dunia fisik
yang mengitari mereka. Penguasaan fakta dan konsep-konsep pokok dan
disiplin-disiplin yang inti adalah wajib.
4) Pelajar
Siswa adalah
makhluk rasional dalam kekuasaan fakta dan keterampilan-keterampilan pokok yang
siap melakukan latihan-latihan intelektif atau berpikir. Sekolah
bertanggungjawab atas pemberian pelajaran yang logis atau dapat dipercaya.
Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil belajar siswa.
5) Pengajar
Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di
kelas. Guru berperanan sebagai sebuah contoh dalam pengawalan
nilai-nilai dan penguasaan pengetahuan atau gagasan-gagasan.
2. Prinsip –
prinsip Pendidikan
Esensialisme
a. Belajar pada
dasarnya melibatkan kerja keras dan dapat menimbulkan keseganan dan menekankan
pentingnya prinsip disiplin.
b. Inisiatif dalam
pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak didik.
c. Inti dari proses
pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan.
d. Sekolah harus
mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental.
e. Tujuan akhir
pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum, karena dianggap
tuntunan demokrasi yang nyata.
Komentar
Posting Komentar