Bismillahirahmani rahim...
Pendekatan
Filsafat dalam Pendidikan
Nama : Nur Aisyah Ainun
NIM : 1614040011
Kelas : Pendidikan Biologi A
NIM : 1614040011
Kelas : Pendidikan Biologi A
Pada pembahasan materi kedua mata kuliah
filsafat pendidikan ini dengan judul yang telah saya ketikan di atas, alhamdulillah
telah menambah pengetahuan saya mengenai beberapa hal tentang filsafat
pendidikan. Sehigga saya dapat mengetik beberapa untaian-untaian paragraf di
bawah ini yang tertuang bersama pengetahuan saya sebelumnya mengenai Pendidikan.
Ada apa dengan pendidikan di negeri ku ini,
Indonesia ?. Dalam beberapa hal kebaikan kita dianjurkan untuk melaksanakannya
secara berjama’ah. Namun sangat disayangakan dengan apa yang terjadi di dunia
Pendidikan Indonesia, yaitu melakukan kesalahan secara berjamaa’ah. Kedua dapat pula dikatakan bahwa pendidikan di
Indonesia jika diibaratkan seperti rumah maka pendidkan di Indonesia tidak
bersifat membangun namun hanya merenovasinya, salah satu contohnya terlihat
dari pasang surut pergantian kurikulum di setiap pergantian menteri pada setiap
periode pemerintahan.
Sangatlah memiris hati, berdasarkan dari
indeks transparan Indonesia. Indonesia telah tercap menjadi negara tikus /
negara korup. Dimana menurut saya sifat koruptor ini mulai terbibit saat mereka
menuntut ilmu di sekolah dengan melakukan kecurangan atau menyontek pada saat ujian,
ingatlah bahwa prestasi memang penting namun jujur yang utama. Dan cukuplah
pula kematian menjadi nasihat, kelak semua akan dipertanggung jawabkan. Bukan
berapa nilai kita yang di tanyakan namaun bagaimana cara kita mendapatkannya.
Kemudian masalah moralitas, hal ini juga
sangan memperhatikan bagi negeri agrais ini. Sebenarnya manusia itu banyak tau tapi tidak dipahami (tidak
dibarengi dengan pola sikap terhadap pola pikirnya) , namun terkadang realitas
berbicara lain sehingga manusia cepat untuk mengikuti atau diperbudak oleh hawa
nafsunya.
Adapun pertanyaan mendasarnya yaitu, apa yang
terjadi dengan dunia pendidikan ?. manusia hanya ditumpuki ilmu pengetahuan
tapi sikapnya tetap salah. Sebagai calon tenaga pendidik, kita harus
mengarahkan peserta didik untuk mengetahui posisinya atas keberadaannya
terhadap Ilahi. Memahami bahwa manusia adalah aktor hidup dan sutradaranya
adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sehingga dapat pula sadar pula terhadap
hubungan horisontalnya yaitu kesadaran terhadap lingkungannya bahwa dia tidak
bisa hidup sendiri, karena membutuhkan orang lain. Selain itu juga dapat mengembangkan keterampilan
mereka baik secara soft sill maupun hard skill.
Jika k-13 mengikuti senior-seniornya,
bagaimanakah rumah pendidikan di Indonesia ?. mengenai pembahasan pendekatan
filsafat dalam pendidikan, kita harus memahami bahwa filsafat merupakan olah
pikir manusia dimana kebenarannya bersifat relatif, yang lahir dari banyak keputusan
yang telah disepakati. Sedangkan agama samawi telah mutlak kebenarannya, lalu
dilengkapi dan disempurkan pada sampai agama islam.
“Jika lampu
tetangga lebih terang, janganlah kita membuka tirai agar terangnya masuk ke
dalam rumah kita namun cukup nyalakan saja lilin di rumah kita walaupun
cahayanya redup”. Dari kutipan tersebut kita dapat mengambil pelajaran
yaitu hiduplah dan syukurilah dengan apa yang dititpkan kepada kita saat ini.
Lalu menjadilah guru sebelum menjadi guru ( sebagai profesi ), in syaa Allah
diharapkan memiliki sikap digugu dan ditiru, aamiin. Jadi, jaganlah kita
mengada jika enaknya hanya diraakn oleh orang lain, maksudnya kita yang membeli
kulkas tapi tetangga kita yang kediginan.
Makna dari tujuan pendidikan, yaitu
memanusiakan manusia adalah pendidikan beriring dengan hidup dan kehidupan manusia
tapi dalam melakukannya atau menghadapinya tidaklah bebas
Pendekatan filsafat terhadap pendidikan lahir
dari dua hala, yaitu :
1) Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu..............................................................
2) Kepastian yang awalnya berasal dari rasa ragu-ragu.
1) Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu..............................................................
2) Kepastian yang awalnya berasal dari rasa ragu-ragu.
Filsafat mendorong manusia untuk mengetahui
apa yang tealah diketahui dan belum diketahui. Adapun arti dari berfilsafat,
yaitu :................................................
1)Berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam
kesemestaan yang tidak terbatas.............................................................................
2)Mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh
sebenarnya kebenran yang dicari telah dijangkau
1)Berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam
kesemestaan yang tidak terbatas.............................................................................
2)Mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh
sebenarnya kebenran yang dicari telah dijangkau
Pengertian pendidikan dalam arti sempit
adalah usaha sadar orang yang berfikir dewasa dala hal membiasakan, melatih,
mengarah, dan suatu bentuk agar menjadi manusia seutuhnya dalam pendidikan
formal.
Adapun tiga pertayaan pokok dalam filsafat
pendidikan, yaitu :
1) Apakah pendidikan itu ?
1) Apakah pendidikan itu ?
2) Apa yang hendak dicapai dalam pendidikan ?
3) Bagaimana cara terbaik untuk
merealisasikan tujuan itu ? ( dan saat ini banyak dipertanyakan oleh ahli
pendidikan )
Dalam filsafat, terdapat pula tiga bidang
kajian mendasar, yaitu :
1) Sisi Outologi
1) Sisi Outologi
Seperti
pertanyaan keapaan, dan ke-apa-an.
2) Sisi Epistomologi
Ke-bagaimana-an,
seperti metode atau cara.
3) Sisi Aksiologi
Seperti
pertanyaan ke-untuk-apa-an
Dan pertanyaan pokok dari filsafat pendidikan
telah mengandung pula tiga bidang kajian filsafat di setiap butirnya
masing-masing.
Pertanyaan mendasar mengenai “Ada apa
dengan pendidikan ( di Indonesia ) ?”, membuat saya teringat dengan salah satu
film legendaris di Indonesia. Pertanyaan inipun sangatlah menlahirkan banyak opini
dan carut marut serta dipenuhi dengan coretan-coretan kelam jika melihat bobroknya
generasi muda saat ini. Bukan hanya peserta didik atau mahasiswa yang turut
memberikan andil dalam kekelaman ini namun tak sedikitpun oknum yang di
berperan dalam amanah digugu dan ditiru
menampar perkembangan pendidikan saat ini, walaupun di lain sisi ada generasi
dan oknum yang telah menoreh tinta emas di bidang pendidikan. Namun itu tak
sebanding dengan penorehan tinta merah pendidikan di Indonesia.
Dengan
mempelajarai pendekatan filsafat tentang pendidikan, kita dapat mengkaji
beberapa hal tentang kegagalan pendidikan di negeri kita ini. Dimana menurut
saya, masalah ini sangat komplek dan tidak boleh diselesaikan secara parsial
dengan kata lain hanya merenovasi bukan membangun. Jadi marilah kita membangun
pendidikan di Indonesia dengan memulainya dengan memperbaikinya dari awal,
melihat pondasik permasalahan yang ada hingga mencapai pendidikan yang in syaa
Allah menghasilkan bibit yang unggul dan mulia.
Ketika
membahas tentang pendidikan, sebagai ummat islam saya teringat dengan kejayaan
ummat islam beserta temuan-temuanya beberapa tahun silam yang sekarang dikembangkan oleh belahan
dunia yang maju saat ini. Dimana mereka sangat ditopang dengan sistem
pendidikan yang ada pada saat itu. Dimana mereka sangatlah ahli dalam bidang
iptek mereka masing-masing dengan didasari sebagai salah satu cara untuk
menggapai ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dimana di sebutkan dalam suatu
hadist bahwa orang yang baik adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Merekapun
mengetahui dan memahami posisi keberadaanya terhadap ilahi.
Jadi,
kita sebagai calon tenaga pengajar bukan hanya mengetahui namun memahami lalu menjadikannya
sebagai pola sikap dan menjadi agent of
change untuk berjuang memperbaiki pendidikan sebagai aktor hidup bukan
menjadi aktor yang apatis bahkan menambah coretan merah di dunia pendidikan.
Sehingga manusia dapat kembali pada hakikat sebenarnya dengan mengetahui dan
memahami posisi keberadaanya terhadap ilahi. Wallahu a’lam.
Komentar
Posting Komentar