Langsung ke konten utama

Hakikat Manusia sebagai Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial



NAMA        : MUH. WAHYUDI JASMAN
KELAS      : PENDIDIKAN BIOLOGI A
NIM            : 1614041003

“Belajar filsafat membuat saya menafsirkan bahwa ilmu filsafat adalah kajian ilmu yang memacu fikiran seseorang untuk realistis terhadap keadaan tapi tidak ‘kaku’.”

Hakikat Manusia sebagai Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial

     Ada alasan yang melatarbelakangi mengapa materi ini perlu diajarkan dan diserap, yakni :
     1.  Pendidikan kegiatan khas manusia
     2.  Anak didik (manusia), komponen sentral dalam sistem pendidikan
     3.  Konsep/pandangan guru tentang hakekat anak menentukan strategi praktek pendidiknya
   4. Landangan yang benar dan jelas tentang hakekat anak akan terhindar dari akses dampak negatif perkembangan IPTEK yang pesat
Berawal dari kutipan, “manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan”, pendidikan merupakan hal yang mampu menjadi pijakan mengapa manusia dan hewan memiliki perbedaan. Pendidikan mampu memanusiakan manusia. Sehingga lahirlah pandangan yang menunjukkan identitas manusia sebagai animal educandem, animal educabile yang dapat dimaknai bahwa sejatinya manusia mendidik dan bisa dididik. Berbeda dengan hewan yang hanya bisa dilatih akan tetapi tidak dapat dididik.
Beberapa lapisan perilaku makhluk diantaranya lapisan perilaku an-organis yang dikuasai oleh hukum alam dan tidak ada yang dapat mengalahkan hukum alam serta perilaku organis yang dikuasai oleh hukum sebab-akibat. Kemudian, lapisan perilaku vegetatif dan perilaku nabati, lapisan perilaku humanisme yang diartikan bahwa individu yang berperilaku humanisme adalah mereka yang bijaksana, toleransi dan berbudaya.
Kata manusia berasal dari bahasa sansekerta yang diartikan “ manu” dan bahasa latin yang diartikan “mens” yang seluruhnya berarti berfikir, berakal budi atau homo sapiens. Pengertian ini dapat menjadi salah satu dasar bahwa sejatinya hewan, manusia dan makhluk gaib “ merupakan kategori yang berbeda. Manusia adalah makhluk yang berakal, berilmu, dan harus beretika tetapi hewan adalah makluk yang tidak berakal, cenderung mengandalkan insting dalam bertindak dan tidak beretika. Selain itu, saat lahir manusia secara fisik tidak berdaya dan hanya berbekal insting untuk mengenal keilahian yang lebih besar dari kuasa dirinya dibandingkan dengan hewan yang ketika lahir semisal ayam dalam hitungan menit sudah dapat berjalan hal ini menandakan bahwa manusia adalah makhluk yang berproses lebih kompleks dibandingkan dengan hewan. Kemudian, hewan hidup secara berkoloni yang tidak dipungkiri akan menimbulkan permusahan akibat dari koloni itu sendiri sedangkan manusia hidup bermasyarakat namun telah ada tanda yang menunjukkan bahwa manusia perlahan hidup secara berkoloni dalam artian mementingkan golongannya saja. Manusia bertindak atas dasar tanggungjawab.
Berbagai macam wujud sifat hakikat manusia, yaitu mempunyai kemampuan untuk terus menyadari diri seperti dengan melakukan perenungan yang apabila dibahasakan dari sudut agama yakni khusyuk. Kemudian, kemampuan untuk bereksistensi, dalam hal ini seseorang yang mengatasnamakan dirinya sebagai “aku” akan terus berusaha menunjukkan “ke-akuannya” secara maksimal. Untuk itu, dalam hidup ini setiap “aku” punya kesempatan yang sama untuk berkembang dan bereksistensi karena mempunya “aku” atas dirinya sendiri. Wujud sifat yang ketiga, manusia memiliki kata hati dalam artian sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang mampu mendengar kata hatinya dalam bertindak dan bertutur untuk dapat menentukan baik atau buruknya sesuatu yang menurut saya jarang mendatangkan penyesalan ketika kita mampu mendengar dan mengikuti kata hati. Kata hati melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Kemudian, moral yang sejatinya dimiliki setiap personal. Namun ada dimensi atau jarak antara kata hati dan moral dikarenakan orang yang tajam kata hatinya belum tentu memiliki moral yang baik.  Lalu, kemampuan bertanggungjawab yang diaktualisasikan baik kepada diri sendiri, masyarakat dan kepada Tuhan. Selanjutnya, manusia memiliki kebebasan dalam artian walaupun tidak terikat tetapi harus memperhatikan dan mengingat kodrat sebagai manusia. Kodrat yang dimaksudkan diantaranya adalah terdapat batasan dalam kebebasan yang dilakukan semisal ketika demo walaupun mengtasnamakan kebebasan berpendapat akan tetapi perlu pertimbangan sehubungan dengan terganggu atau tidaknya kenyaman orang lain untuk melaksanakan kebebasannya juga. Untuk itu ada istilah batas kebebasan yang bermakna ketika kita mampu masuk pada batasan kebebasan orang lain. Lalu, laksanakan kewajiban, sadari hak. Kemudian, kemampuan menghayati kebahagiaan yang didapatkan dari pengalaman baik itu pahit atau menyenangkan.
Sudah sepantasnya mansia menyadari karakteristik diri sehingga manusia dapat membedakan dirinya dengan ”aku-aku” yang lain. Dalam kehidupan ini, apabila dipetakan, manusia hanya “menjadi” yang diartikan bahwa menjadi adalah proses yang tidak pernah berakhir, ada serangkaian perjalanan menuju sebuah titik yang tidak akan pernah di dapat karena apabila manusia telah dapat menempati titik tersebut maka ia telah “jadi” yang berarti kesempurnaan telah ada padanya padahal sesungguhnya kesempurnaan hanya dimiliki oleh Tuhan.
Pandangan tentang hakikat manusia digolongkan menjadi tiga bagian yaitu pandangan psikoanalitik yang menyangkut tentang kekuatan psikologis yang mengkontrol tingkah laku individu,tingkah laku manusia datang dari dorongan yang bersifat instruktif dan diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan insting biologis manusia. Pandangan humanistik yang berarti memiliki kemampuan membaca nilai moral aturan berbudaya dan toleransi kepada orang lain, dan pandangan behaviouristik yang mencakup perilaku serta pandangan neoanalitik. Struktur kepribadian manusia terdiri atas tiga komponen yakni id, setiap manusia mempunya keinginan untuk memuaskan kebutuhannya, ego menjembatani antara keinginan id dengan lingkungan yang realistis, superego mengawasi dan mengontrol tingkah laku seseorang agar sesuai dengan aturan dan nilai moral.
Hakikat manusia dan dimensi-dimensinya mencakup, dimensi keindividualan, homosapiens berilmu, homoluden yang berarti manusia yang butuh hiburan misalnya jalan-jalan ke Mall, Animal Simbolicum, Homo Educandem potensi untuk bisa dididik, dan homo educable.
sungguh merugi manusia, ketika hari kemarin sama dengan hari ini, dan hari esok sama dengan hari ini”
Satu kutipan yang memotivasi, yang saya maknai bahwa apapun yang kita lakukan saat ini adalah alasan mengapa hari esok lebih baik dari hari ini. Tetap berproses karena perjalanan untuk tetap “menjadi” akan terus berlanjut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK ALAMIAH, SOSIAL DAN INDIVIDU

Nama   : Nurhanisma Baharuddin NIM     : 1614040003 Kelas    : pendidikan biologi A MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK ALAMIAH, SOSIAL DAN INDIVIDU             Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial. Manusia disebut juga insan. Dalam bahasa arab, berasal dari kata nasiyayang berarti lupa dan jika di lihat dari kata dasar dari al-uns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaann yang baru di sekitarnya. Hal yang paling membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal. Seperti ya...
RESUME FILSAFAT PENDIDIKAN (ALIRAN ESENSIALISME) NAMA : NURHIKMA DWI PUTRI AGUNG KELAS : PENDIDIKANN BIOLOGI A NIM : 1614042019 Airan filsafat esensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Mereka bereanggapan bahwa kebudayaan lama itu telah banyak memperbuat kebaikan untuk umat manusia. Bagi aliran esensialisme mereka berpedoman padazaman renaissance yang mana sumber utama dari kebudayaan ini terletak dalam ajaran para ahli filsafat, ali pengetahuan yang telah mewariskan kepada umat manusia segala macam ilmu pengetahuan yang elah mampu menembus lipatan qurun dan waktu dan telah banyak menimbulkan kreasi-kreasi bermanfaat sepanjang sejarah umat manusia. Untuk esensialisme modern dalam pendidikan adalah sebuah gerakan pendidikan yang memprotes terhadap skeptisme dan sinisme dari gerakan progresiveme terhadap nili-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/ sosial. Esensialisme percaya  bahwa pendidikan harus di...

Pendekatan Filsafat dalam Pendidikan

Bismillahirahmanirahim... ( Resume ke-III ) Nama   : Nur Aisyah Ainun NIM     : 1614040011 Kelas    : Pendididkan Biologi A Pendekatan Filsafat dalam Pendidikan Pendekatan filsafat menyangkut hal dasar dalam pendidikan Hubungan filsafat dan pendidika n Hubungan filsafat dan pendidikan merupakan 2 hal yang tak terpisahkan Filsafat membahas segala sesuatu termasuk fenomena pendidikan     Cabang filsafat yang khusus membahas fenomena pendidikan adalah filsafat pendidikan Filsafat tidak bersifat pragmatis Pengertian filsafat Pendidikan Pengertian Filsafat Filsafat ( berasal dari kata majemuk yaitu philia; cinta; sophia = bijak artinya kebijaksanaan ). Sedangkan berdasarkan harfiah filsafat adalah seorang pecinta kebijaksanaan Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan mendasar. Dapat dikatakan bahwa orang yang hidupnya dipenuhi filsafat akan bijak, tapi buka...